Senin, 22 Agustus 2011

BANDINGKAN SENDIRI


PERBANDINGAN SABA DI YAMAN DAN DI INDONESIA
A

ABAD 9 (824M)
Borobudur dibangun oleh Raja Samaratungga, salah satu raja kerajaan Mataram Kuno, keturunan Wangsa Syailendra. Berdasarkan prasasti Kayumwungan, seorang Indonesia bernama Hudaya Kandahjaya mengungkapkan bahwa Borobudur adalah sebuah tempat ibadah yang selesai dibangun 26 Mei 824, hampir seratus tahun sejak masa awal dibangun. Nama Borobudur sendiri menurut beberapa orang berarti sebuah gunung yang berteras-teras (budhara), sementara beberapa yang lain mengatakan Borobudur berarti biara yang terletak di tempat tinggi.
            Siapa tak kenal Candi Borobudur? Candi Budha ini memiliki 1460 relief dan 504 stupa Budha di kompleksnya. Jutaan orang mendamba untuk mengunjungi bangunan yang termasuk dalam World Wonder Heritages ini. Tak mengherankan, sebab secara arsitektural maupun fungsinya sebagai tempat ibadah, Borobudur memang memikat hati.
Borobudur dibangun oleh Raja Samaratungga, salah satu raja kerajaan Mataram Kuno, keturunan Wangsa Syailendra. Berdasarkan prasasti Kayumwungan, seorang Indonesia bernama Hudaya Kandahjaya mengungkapkan bahwa Borobudur adalah sebuah tempat ibadah yang selesai dibangun 26 Mei 824, hampir seratus tahun sejak masa awal dibangun. Nama Borobudur sendiri menurut beberapa orang berarti sebuah gunung yang berteras-teras (budhara), sementara beberapa yang lain mengatakan Borobudur berarti biara yang terletak di tempat tinggi.
Bangunan Borobudur berbentuk punden berundak terdiri dari 10 tingkat. Tingginya 42 meter sebelum direnovasi dan 34,5 meter setelah direnovasi karena tingkat paling bawah digunakan sebagai penahan. Enam tingkat paling bawah berbentuk bujur sangkar dan tiga tingkat di atasnya berbentuk lingkaran dan satu tingkat tertinggi yang berupa stupa Budha yang menghadap ke arah barat. Setiap tingkatan melambangkan tahapan kehidupan manusia. Sesuai mahzab Budha Mahayana, setiap orang yang ingin mencapai tingkat sebagai Budha mesti melalui setiap tingkatan kehidupan tersebut.
Bagian dasar Borobudur, disebut Kamadhatu, melambangkan manusia yang masih terikat nafsu. Empat tingkat di atasnya disebut Rupadhatu melambangkan manusia yang telah dapat membebaskan diri dari nafsu namun masih terikat rupa dan bentuk. Pada tingkat tersebut, patung Budha diletakkan terbuka. Sementara, tiga tingkat di atasnya dimana Budha diletakkan di dalam stupa yang berlubang-lubang disebut Arupadhatu, melambangkan manusia yang telah terbebas dari nafsu, rupa, dan bentuk. Bagian paling atas yang disebut Arupa melambangkan nirwana, tempat Budha bersemayam.
Setiap tingkatan memiliki relief-relief indah yang menunjukkan betapa mahir pembuatnya. Relief itu akan terbaca secara runtut bila anda berjalan searah jarum jam (arah kiri dari pintu masuk candi). Pada reliefnya Borobudur bercerita tentang suatu kisah yang sangat melegenda, yaitu Ramayana. Selain itu, terdapat pula relief yang menggambarkan kondisi masyarakat saat itu. Misalnya, relief tentang aktivitas petani yang mencerminkan tentang kemajuan sistem pertanian saat itu dan relief kapal layar merupakan representasi dari kemajuan pelayaran yang waktu itu berpusat di Bergotta (Semarang).
Keseluruhan relief yang ada di candi Borobudur mencerminkan ajaran sang Budha. Karenanya, candi ini dapat dijadikan media edukasi bagi orang-orang yang ingin mempelajari ajaran Budha. YogYES mengajak anda untuk mengelilingi setiap lorong-lorong sempit di Borobudur agar dapat mengerti filosofi agama Budha. Atisha, seorang budhis asal India pada abad ke 10, pernah berkunjung ke candi yang dibangun 3 abad sebelum Angkor Wat di Kamboja dan 4 abad sebelum Katedral Agung di Eropa ini.
Berkat mengunjungi Borobudur dan berbekal naskah ajaran Budha dari Serlingpa (salah satu raja Kerajaan Sriwijaya), Atisha mampu mengembangkan ajaran Budha. Ia menjadi kepala biara Vikramasila dan mengajari orang Tibet tentang cara mempraktekkan Dharma. Enam naskah dari Serlingpa pun diringkas menjadi sebuah inti ajaran disebut "The Lamp for the Path to Enlightenment" atau yang lebih dikenal dengan nama Bodhipathapradipa.
Salah satu pertanyaan yang kini belum terjawab tentang Borobudur adalah bagaimana kondisi sekitar candi ketika dibangun dan mengapa candi itu ditemukan dalam keadaan terkubur. Beberapa mengatakan Borobudur awalnya berdiri dikitari rawa kemudian terpendam karena letusan Merapi. Dasarnya adalah prasasti Kalkutta bertuliskan 'Amawa' berarti lautan susu. Kata itu yang kemudian diartikan sebagai lahar Merapi. Beberapa yang lain mengatakan Borobudur tertimbun lahar dingin Merapi.
Dengan segala kehebatan dan misteri yang ada, wajar bila banyak orang dari segala penjru dunia memasukkan Borobudur sebagai tempat yang harus dikunjungi dalam hidupnya. Selain menikmati candinya, anda juga bisa berkeliling ke desa-desa sekitar Borobudur, seperti Karanganyar dan Wanurejo untuk melihat aktivitas warga membuat kerajinan. Anda juga bisa pergi ke puncak watu Kendil untuk dapat memandang panorama Borobudur dari atas. Tunggu apa lagi? Tak perlu khawatir gempa 27 Mei 2006, karena Borobudur tidak terkena dampaknya sama sekali.

B

Antara 1300 s/d 620 SM.
Priode ini adalah priode Kerajaan Ma'iniyyah yang pertama kali membangun bendungan Ma'rib yang menjadi monumental terbesar bagi sejarah Yaman. Ibukotanya adalah Shirwah yang terletak di 142 km sebelah timur kota Shona'a (ibukota Yaman sekarang

Antara 620 s/d 115 SM.
Priode ini dikenal dengan kerajaan Saba', pada priode ini ibukota kerajaan di pindah ke Ma'rib yang makmur, letaknya 192 km dari timur kota Shona'a

Antara 115 SM s/d 300 M.
Priode ini dikenal dengan priode kerajaan Himyar Pertama (Hemir) hal ini disebabkan karena qobilah Himyar yaitu anak cucu dari Himyar bin Saba' sanggup menggulingkan saudara sepupunya sendiri dari qobilah keturunan Saba' yang lain yang berkuasa pada dua priode diatas.

Antara 300 M s/d Masuknya Islam di Yaman tahun 628 M.
Priode ini dikenal dengan Kerajaan Himyar Kedua. Pada priode ini kedaulatan bangsa Saba' mulai terusik dari luar. Perebutan kekuasaan antara qabilah membuat mudah Romawi dan Habasyi (Abessenia) masuk dan ikut campur tangan, yang akhirnya Yaman jatuh ke lingkaran penjajahan Persia sampai datang Islam mengambilnya.

Konon tanah Saba' adalah tanah yang makmur, sejak lama mereka sudah mengenal tekhnologi pengairan (irigasi) untuk pertanian mereka hal ini ditandai dengan dibangunnya bendungan di kota Ma'rib sebagai sumber pengairan ladang dan kebun mereka. Bangsa Saba mengandalkan perdagangan dan pertanian sebagai tolak punggung kehidupan mereka, hasil tanah mereka yang melimpah ruah serta dengan kualitas yang baik menjadikan mereka bangsa yang makmur selama beratus-ratus tahun. Allah mengkisahkan kemakmuran mereka dalam surah Saba' dengan firman-Nya:
"Sesungguhnya bagi kaum Saba' ada tanda (kekuasan Allah) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan kiri (kepada mereka dikatakan): "Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun". Qs. Saba:15

Al-Iman as-Syaukaniy berkata dalam tafsirnya "Fath al-Qodir": "bahwa jumhur (ulama qur'an) membaca kalimat "masakin" sebagai bentuk jama' (plural)". Maksudnya adalah bentuk plural dari "maskan" yang artinya tempat tinggal, kemudian katanya "dan yang dimaksud dengan tempat tinggal mereka dahulu adalah yang sekarang disebut dengan kota Ma'rib...". Syaikh as-Sa'diy berkata dalam menafsirkan firman Allah (dua buah kebun di sebelah kanan dan kiri),"dahulu bangsa Saba' memiliki sebuah lembah yang besar yang senantiasa dilewati air bah, kemudian mereka membangun sebuah bendungan sebagai tempat penampung air maka tatkala air bah datang, air dalam jumlah besar itu tertampung disana. Kemudian mereka membagi-bagi air tersebut kepada kebun-kebun mereka yang berada disamping kanan dan kiri lembah mereka. Dua kebun besar itu memberikan mereka hasil bumi yang mencukupi (kebutuhan) mereka yang membuat mereka (hidup) senang dan bahagia...". Bahkan konon katanya, bilamana seseorang masuk kekedua kebun tersebut dengan meletakan keranjang diatas kepalanya maka keranjang tersebut akan penuh dengan berbagai macam jenis buah-buahan tanpa perlu dipetik oleh tangannya! Subhanallah sebegitu makmurnya-kah tanah Saba'.
Namun anugerah besar tersebut menjadi fitnah bagi bangsa Saba', mereka lupa diri, tertipu dengan kesuksesan dan glamournya dunia yang mereka raih. Merasa pintar, menganggap diri mereka sanggup mendatangkan kebaikan dan menolak keburukan untuk diri mereka. Mereka ingkar terhadap Allah, mereka juga dustai para nabi utusan Allah, dikutip oleh Imam as-Syaukaniy dalam tafsirnya bahwa Syaikh as-Saddiy berkata: "Allah telah mengutus 13 orang Nabi kepada bangsa Saba' akan tetapi mereka mendustai semuanya" mereka ingkar dari perintah-Nya yang berkata:
"Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya". Qs. Saba:15
Mereka enggan bersyukur dan bahkan dengan congkaknya mereka berpaling....
Allah berfirman:
"Tetapi mereka berpaling, maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun-kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dri pohon Sidr". Qs. Saba':16.
Mereka berpaling bahkan kuffur (ingkar), bukan hanya kuffur dari bersyukur akan tetapi mereka juga kuffur dalam keyakinan dan ibadah kepada-Nya dengan cara mendustai nabi-nabi-Nya. Maka setelah nampak jelas keberpalingan mereka dari bersyukur atas nikmat yang dianugrahkan Allah kepada mereka, Allah mengganti nikmat-Nya dengan niqmah (azab) untuk mencabut dan mengambil semua yang telah dianugerahkan-Nya kepada mereka. Allah mengirim Banjir Arim yang dahsyat yang menenggelamkan kebun-kebun kebanggan mereka, memporak porandakan rumah-rumah dan bangunan mereka serta memupuskan api kecongkakan didalam dada mereka.
Para mufassirin berbeda pendapat dalam memaknai kalimat "al-Arim", menurut As-Saddiy, al-Arim adalah nama bendungan tersebut, adapun Mujahid dan Ibnu Najih berpendapat bahwa al-Arim adalah air yang berwarna merah yang dikirimkan oleh Allah kedalam bendungan kemudian membelah dan menghancurkan bendungan tersebut. Sedangkan Ibnul Arabiy mengatakan bahwa yang dimaksud al-Arim adalah banjir yang dahsyat. Pastinya adalah bahwa banjir tersebut berasal dari bendungan mereka yang roboh, bendungan yang dahulu memberikan banyak kebaikan kepada mereka berubah menjadi petaka yang amat besar. Tanah Saba' berubah drastis pasca banjir tersebut, tidak ada lagi kebun-kebun yang menyejukkan udara, tidak ada lagi buah-buah yang menyegarkan mata. Keberkahan tanah Saba' telah dicabut oleh Yang Maha Kuasa, yang tumbuh disana hanya pepohonan yang tak memiliki faidah, hanya ada sedikit pohon yang tak berbuah atau pohon yang berbuah namun rasanya pahit. Semua ini disebabkan karena kekuffuran mereka yang sudah pada puncaknya. Allah berfiram dalam lanjutan ayat diatas:
"Demikianlah kami memberi balasan kepada mereka karena kekafiran mereka. Dan Kami tidak menjatuhkan azab (yang demikian itu), melainkan hanya kepada orang-orang yang sangat kafir". Qs. Saba':17.
Kisah bangsa Saba' adalah pelajaran yang berharga bagi manusia, bahwasanya kekufuran apapun coraknya akan mendatangkan malapetaka yang besar bagi mereka. Malapetaka yang tidak hanya menghancurkan diri mereka, akan tetapi menghancurkan tanah mereka, negeri mereka, peradaban mereka bahkan kehancurannya sampai diwariskan kepada anak cucu mereka yang hidup setelahnya.
Tidaklah berlebihan menurut saya ketika kita menganalogikan negeri Saba' dengan negeri yang kita tercinta ini. Indonesia adalah negeri yang memiliki tanah yang subur, hasil buminya pun melimpah ruah, ini bukan penilaian subjektiv! karena semua mengakuinya bahkan dunia mengakui kesuburan Indonesia.
Namun hidup di negeri ini tidaklah seindah lagu Koes Plus yang berujar "bukan lautan hanya kolam susu. Kail dan jala cukup menghidupimu...... Orang bilang tanah kita tanah syurga. Tombak, kayu dan batu jadi tanaman...." Hidup di negeri ini penuh dilema dan masalah, kenapa? Bukankah seharusnya kita hidup makmur?karena tanah kita tanah subur! Bukankah seharusnya kita hidup bahagia?karena katanya tanah kita adalah tanah syurga! Marilah kita saling intropeksi diri atas segala masalah yang menimpah negeri kita ini. Mungkin kita kuffur nikmat yaitu tidak mau bersyukur kepada semua anugerah yang telah dikaruniai. Atau mungkin kita kuffur ibadah yaitu tidak mau beribadah kepada Allah. Mungkin juga kita kuffur aqidah yaitu meyakini ada tuhan selain Allah seperti halnya meyakini tekhnologi dan demokrasi adalah tuhan yang akan memberikan kebahagiaan hidup kepada kita. Atau bahkan ketiganya serempak ada pada diri kita, pada tiap individu negeri ini. Cukuplah Allah berfirman :
"Dan (ingatlah) ketika tuhan-mu memaklumkan, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat". QS.Ibrohim:8.
Wallahu A'lam.

C

Catatan ini meliputi kebenaran adanya Jejak Nabi Sulaiman di tanah Jawa yang berjarak waktu 30-an Abad lebih dan sekitar misteri Candi Borobudur sebagai ‘arsy Ratu Saba’ yang dipindahkan Jinn dalam semalam seperti diinspirasi oleh ayat Al-Qur’an terutama surah An-Naml.
Letak Bukit Stumbu di desa Karangrejo
, skitar 2,5 Km sebelah barat daya Candi Borobudur, Magelang.
Secara metodologis, lontaran teori Stumbu DLA diatas didasarkan pada fakta-fakta ayat Al-Qur’an yang difahami secara simbolik berisi simbol-simbol matematis atas budaya penciptaan alam seisinya. Menurut FB yang lulusan Matematika MIPA UI tahun 1983, Dosen Matematika UIJ dan Dewan Pakar ICMI Jakarta Barat (2004) ini, terdapat tiga belas alasan mengapa Negeri Saba terletak di Indonesia dan bukan di Negeri Yaman seperti dipercaya ahli mufassir Al-Qur’an. Keseluruh bukti tentang Negeri Saba menurutnya bisa ditemui di Pulau Jawa, mengarah keberadaan
Ratu Boko dengan Borobudur-nya.
Analisis khusus FB sejak tahun 1982 melahirkan beberapa buku seperti Matematika Al-Quran (2003) dan Sejuta Fenomena Al-Qur’an (2008). Ia menyimpulkan, pertama, bahwa penjelasan QS 27:22 tentang negeri Saba tidak ditemukan di Yaman, sedangkan bukti tersebut ditemukan di Pulau Jawa
(Wana Saba). Sedang kedua, arti kata saba (sabun) tidak ditemukan nama Sabun di Yaman, sedang arti lain kata saba (hutan) juga tidak ditemukan disana. QS 27:24 ‘Untuk Saba pada tempat mereka ada ayat, dua hutan sebelah kanan dan kiri’.
Ketiga, kandungan ayat QS 27:24 ’…dan aku dapati dia dan kaumnya bersujud kepada matahari dari selain Allah’. Di dalam sejarah tak ditemukan sebuah tempat di Yaman yang masyarakatnya bersujud kepada matahari, sedangkan di Pulau Jawa berlokasi di Komplek Ratu Boko dengan beberapa bukti pendukung.
Keempat; Bukti itu seperti (27:40) adanya bangunan (’arsy) yang dipindahkan ke suatu Lembah berjarak terbang burung dalam waktu singkat. Tentang siapa yang memindahkan dan bagaimana dipindahkan, tafsir ayat tersebut mengisahkan yang memindah singgasana Ratu Saba adalah JINN IFRID selesai sebelum Nabi Sulaiman mengerlingkan mata. FB menerangkan, terdapat peran JINN dalam realisasi ruang waktu disini, bahwa makhluk ini memiliki syarat ilmiah memindahkan arsy Saba tersebut ke Lembah Semut. Berdasar hukum kecepatan cahaya, makhluk Jinn mampu dengan mudah dan super cepat memindahkan suatu bangunan. Diketahui peristiwa seperti ini bukan tidak pernah ada, bahkan terjadi pula di belahan bumi lain. Demikian pula relativitas pemahaman manusia akan membatasi kebenaran nash ini.
Kelima, menurut FB, lokasi kabar dalam QS 6:67 ada ditemukan sisa-sisa dan tandanya di Komplek Ratu Boko yang berjarak 36 Km dari Bukit Stumbu tenggara Borobudur. Di lembah Stumbu inilah arsy Saba tersebut dipindahkan sebagai kini dikisahkan RAKYAT (34:19) sebuah Candi BOKO dan Borobudur. Mereka kerjakan untuknya apa yang ia kehendaki dari gedung-gedung yang tinggi dan Patung-patung dan Piring-piring seperti kolam dan kuali-kuali yang tetap (34:13).
Keenam, ayat tentang SABA QS 34:16 ’dan sesuatu yang disebut Sidrin Qolil ’ masih ditemukan bukti sedikit itu pada Gerbang Ratu Boko dan Serpihan Stupa Candi Borobudur. Ayat ketujuh 34:16 ’…dengan dua kebun yang mempunyai rasa buah pahit’ bisa ditemukan Pulau Jawa. Makna buah Maja yang Pahit seperti ini lagi-lagi tidak ditemukan di Negeri Yaman, bagi teori yang menyebut lokasi sejarah SABA.
Kedelapan, peristiwa besar yang disebut dalam QS 34:16 tentang adanya BANJIR yang merubah peta dataran Asia dengan adanya Palung Sunda. Maka kami menjadikan mereka buah mulut dan kami hancurkan mereka sehancur-hancurnya. Bukti kesembilan ini terdapat pada QS 34:19. Menurut FB, peristiwa banjir dahsyat tersaebut menyebabkan wilayah SABA hancur menjadi berpulau-pulau, belum pernah dalam sejarah kehancuran suatu negeri hingga menjadi lebih 17.000 pulau seperti Nusantara ini.
Kesepuluh, adanya catatan pembatasan pada perjalanan QS 34:18. Jarak perjalanan dimaksud sebatas kekuatan terbang ideal seekor Burung (Hud Hud) sepanjang 36 Km. Angka ini menurut FB merupakan bukti kesebelas keberadaan Saba di Jawa Tengah, merupakan jarak antara Komplek Ratu Boko sekarang dengan lokasi Candi Borobudur di Magelang.
Keduabelas, adanya surat Nabi Sulaiman (27:28) yang dibawa burung Hud Hud kepada Ratu Balkis, menurut FB tiada lain dicampakkan kaki-kaki burung tersebut di pelataran istana Boko yang disebutnya sebagai Sidril Qolil, kata ini dua kali ditemui di dalam Al-Qur’an.
Ketigabelas, adanya taabut peti wasiat. Menurut FB dalam ekspedisi diatas dari bunyi QS 27:29-30 ’Berkata Ratu Balqis: “Hai pembesar-pembesar, sesungguhnya telah dijatuhkan kepadaku sebuah surat yang mulia. Sesungguhnya surat itu, dari SuIaiman dan sungguh (isi)nya: “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.’ Inilah beberapa pembuktian secuil kisah Nabi Sulaiman yang sampai kepada pemahaman bahwa Negeri Saba benar-benar terhubung kepada bangunan arsy di Jawa.

0 200 komentar:

Posting Komentar

Ad Ad Ad

Ad