Jumat, 16 November 2012
ARTIKEL AKAR WANGI
11.56
No comments
Akar Wangi
Sumber: http://www.atsiri-indonesia.com/Nama Tanaman : Akar wangi
Nama Latin : Vetiveria zizanoides
Sumber Minyak : Akar
Deskripsi Tanaman:
a. Daerah produksi
Daerah di pulau Jawa yang menghasilkan
akar vetiver adalah daerah Garut (Jawa Barat) dan daerah Wonosobo (Jawa
Tengah). Tanaman tersebut diusahakan oleh rakyat dengan luas tanah
sekitar satu hektar atau lebih, dan ada yang mencapai 20 hektar setiap
petani. Di samping itu, tanaman akar wangi diusahakan sebagai tanaman
sela di perkebunan.
b. Kondisi tanah
Tanah yang cocok untuk pertumbuhan akar
wangi adalah tanah yang berpasir, atau tanah ab vulaknik. Pada tanah
tersebut, akar dengan mudah dicabut tanpa ada yang tertinggal.
Penanamannya kurang baik di atas tanah yang padat, keras dan berlempung
karena akarnya sulit dicabut, dan menghasilkan akar dengan rendemen
minyak yang rendah. Tanah vulkanik muda terdapat pada lereng-lereng
pegunungan, dengan ketinggian sekitar 5000 kaki di atas permukaan laut.
c. Penanaman
Tanaman akar wangi Jawa (Andropogon
muricatus Rozt) termasuk tanaman akar wangi tidak berbunga. Menurut
penelitian yang dilakukan di Botenzorg (sekarang Bogor), vetiver tidak
boleh ditanam di tempat yang teduh, karena akan menyebabkan pengaruh
yang kurang baik terhadap pertumbuhan sistim akar. Di pulau Jawa,
tanaman akar wangi sering ditanam secara tumpangsari dan jarang
dilakukan penanaman kembali (peremajaan) pada tempat yang sama. Satu
hektar tanaman akar wangi menghasilkan 1000 kg akar kering udara. Jumlah
tersebut bervariasi, dan tergantung dari jenis tanah dan kondisi
lingkungan, kadan-kadang jenis cendawan tertentu tumbuh dalam akar yang
merusak tanaman dan menurunkan produksi akar.
Teknologi Budidaya :
a. Penyiapan Lahan dan Penanaman
Lahan untuk pertanaman
akar wangi hendaknya bersih dari gulma. Jika sudah bersih, tanah dibuat
lubang tanam (20x20x20)cm. Jarak tanam tergantung kesuburan dan
kemiringan tanah. Pada kemiringan 15-30%, jarak tanam berkisar antara
(60×20)-(50×100)cm. Dua minggu sebelum tanam, lubnag diisi pupuk
kandang/kompos sebanyak 2 kg/lubang. Kedalaman tanam tidak lebih dari 4
cm, karena akan mengurangi persentse tumbuh tanaman.
b. PemeliharaanPenyulaman
Penyulaman dilakukan paling lambat 2
minggu setelah tanam. Tanaman yang tidak tumbuh biasanya terlihat pad
umur 1-2 minggu setelah tanam, terutama bila ditanam berupa bibit
sobekan dari bonggol yang ditanam langsung atau anakan tanpa akar.
Khususnya di Indonesia, akar wangi yang
baru dipanen, harus di cuci di sungai atau dipancuran, kemudian dijemur
langsung dibawah sinar matahari atau diangin-anginkan pada tempat yang
agak teduh. Bila ditujukan pada ekspor, maka akar kering dipres dan
diikat sehingga berbentuk bundel dan berat setiap bundel sekitar 100 kg,
kemudian dikemas dalam keranjang. Petani penanam menjual akar wangi
trsebut kepada pedagang perantara, untuk selanjutnya dijual ke pabrik
penyulingan atau eksportir yang berada di Jakarta dan Surabaya.
Penyiraman
Pada musim kemarau, penyiraman diperlukan setiap hari selama 2 minggu, sampai akar-akar baru tumbuh dan menempel ke tanah.
Pemupukan
Petani di Garut umumnya tidak melakukan pemupukan pada tanamannya, kecuali jika ditumpangsarikan dengan sayuran.
Pemangkasan
Sama halnya dengan pemupukan, pemangkasan biasanya dilakukan pada tanaman yang ditumpangsarikan dengan tanaman sayuran.
Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman
Hama dan penyakit pada akar wangi belum menjadi masalah yang penting, sehingga pengendaliannya jarang dilakukan.
Penanganan Pasca Panen :
Waktu pemanenan tergantung pada musim.
Bila areal yang sama akan ditanami kembali, maka pemanenan harus
dilakukan pada musim hujan, agar dapat tumbuh dengan baik. Akar wangi
yang diperoleh dari petani berupa akar kering panen yang masih
mengandung bonggol dan tanah yang menempel. Sebelum penyulingan,
biasanya akar wangi dikeringkan dan dibersihkan terlebih dahulu untuk
meningkatkan rendemen dan mutu minyak akar wangi yang dihasilkan.
Pemotongan Bonggol
Bonggol dapat dipotong dengan alat pemotong secara manual dengan golok atau dengan menggunakan mesin pemotong (perajang).
Pencucian Akar
Akar tanpa bonggol dicuci dalam air
(dalam air mengalir) sambil dikibaskan/dikeprik sampai semua tanah yang
menempel terlepas dari akar. Air yang menempel pada akar juga dikibaskan
atau ditiriskan hingga siap dijemur.
Penjemuran Akar
Pengeringan dilakukan di atas lantai
penjemur yang diberi alas tikar, atau bambu anyam dengan ketebalan 20-30
cm. Penjemuran dilakukan dari jam 09.00-14.00 dan dibolak-balik
sebanyak 2-3 kali selama kurang lebih 2 hari. Penjemuran telah selesai
jika menghasilkan akar wangi kering dengan kadar air 15%.Pengeringan
akar membutuhkan waktu lebih singkat sehingga kemungkinan minyak yang
menguap selama penjemuran lebih kecil.
Penyimpanan
Jika tidak segera disuling, akar wangi
dikemas dalam karung plastik dan ditutup rapat, kemudian disimpan dengan
cara ditumpuk dalam gudang yang tidak tembus cahaya matahari, tidak
lembab, suhu 20-30oC, dan letaknya jauh dari ketel suling. Tujuannya
adalah untuk mengurangi penguapan minyak selama penyimpanan.
Perajangan Akar
Tujuan perajangan akar adalah untuk
mengurangi sifat kamba akar, mempermudah keluarnya minyak dari dalam
akar melalui proses hidrodifusi. Merajang dapat dilakukan dengan golok
atau dengan mesin khusus perajang akar, dengan panjang sekitar 10-15 cm.
Akar setelah dirajang harus segera
dimasukkan ke dalam ketel suling untuk menghindari penguapan minyak dari
bagian akar yang dipotong.
AKAR WANGI sebagai Penghasil Minyak Atsiri
Sumber: http://www.sinartani.com/
Akar wangi
adalah bagian dari jenis tanaman minyak yang dapat disuling dan
menghasilkan minyak atsiri. Salah satu komoditi ekspor Indonesia,
memiliki pangsa pasar tingkat dunia dengan harga cukup menawan.Tanaman
akar wangi boleh dianggap tanaman yang “mati tidak hidup pun enggan”.
Padahal tidak selamanya bertanam akar wangi akan merugikan, bahkan
sebaliknya, tanaman akar wangi merupakan salah satu tanaman yang mampu
mendukung upaya pelestarian lingkungan (misalnya menahan
erosi).Sementara itu diketahui bahwa nilai ekonomis tanaman akar wangi
terletak pada akarnya yaitu sebagai bahan baku penghasil minyak atsiri.
Kualitas dan kuantitas minyak akar wangi bergantung dari keadaan tanaman
akar wangi itu sendiri dan cara pembudidayaan yang dilakukan oleh
petani.Kendati tanaman akar wangi cukup potensial untuk diambil
minyaknya tetapi hingga saat ini belum menarik perhatian pihak
pemerintah dan investor. Dengan demikian perkembangan tanaman akar wangi
hanya di daerah-daerah tertentu saja. Satu-satunya daerah sentra
produksi tanaman akar wangi adalah di Kabupaten Garut, Jawa Barat
terutama di daerah sekitar hulu DAS (Daerah Aliran Sungai) Cimanuk,
tepatnya di sekitar Kecamatan Semarang, Leles, Bayongbong, Cilawe dan
Cisurupan.Selain di daerah Garut, tanaman akar wangi pernah coba
dikembangkan di sekitar Propinsi Jawa Tengah, seperti di daerah lereng
gunung Merapi. Bahkan sebuah perusahaan swasta juga pernah mengembangkan
akar wangi di lereng gunung Unggaran, seperti di Kecamatan Ambarawa dan
Somowono. Namun karena berbagai sebab, petani kurang berminat sehingga
perkembangan tanaman akar wangi di Jawa Tengah mengalami
kemacetan.Dengan demikian Kabupaten Garut tetap menjadi sentra penghasil
minyak akar wangi yang mampu memasok 90% lebih dari total produksi
minyak akar wangi Indonesia, yaitu sekitar 60-75 ton pertahun.
Asal Usul Akar Wangi
Tanaman akar wangi (vetiveria zizaniodes)
berasal dari India, Birma dan Srilangka. Namun tidak diketahui secara
pasti sejak kapan tanaman akar wangi dibudidayakan di Indonesia,
khususnya di daerah Garut, Jawa Barat. Yang pasti kini, akar wangi
merupakan tanaman penghasil minyak atsiri yang diandalkan sebagai
gantungan hidup sebagian warga Garut.
Akar Wangi
Sumber: http://www.kehati.or.id/
Spesies : Vetiveria zizanioides Stapf.
Nama Inggris : Vetiver (grass), khus, khus-khusNama Indonesia : Akar wangi
Nama Lokal : Larasetu (Jawa), usar (Sunda)
Deskripsi :
Rumput menahun yang membentuk rumpun yang
besar, padat dengan arah tumbuh tegak lurus, kompak, beraroma,
bercabang-cabang, memiliki rimpang dan sistem akar serabut yang dalam.
Rumpun tumbuh hingga mencapai tinggi 1—1.5(—3) m, berdiameter 2—8 mm.
Daun berbentuk garis, pipih, kaku, permukaan bawah daun licin.
Perbungaan malai (tandan majemuk) terminal, tiap tandan memiliki panjang
mencapai 10 cm; ruas yang terbentuk antara tandan dengan tangkai bunga
berbentuk benang, namun di bagian apeksnya tampak menebal.
Distribusi/Penyebaran :
Vetiveria zizanioides tumbuh secara alami
di tempat-tempat berpayau di utara India, Bangladesh, Burma (Myanmar)
dan kemungkinan telah dapat tumbuh secara alami di banyak tempat di
kawasan Asia Tenggara. Vetiver telah dibudidayakan di India selama
berabad-abad dan saat ini telah tumbuh di seluruh daerah tropis dan
banyak tempat di daerah subtropis. Tumbuhan ini ditanam untuk diambil
minyaknya pada beberapa tempat di dunia seperti Haiti, Jawa Timur,
India, RĂ©union, Cina dan Brazil. Informasi penggunaan vetiver untuk
mengendalikan erosi tersebar pertamakali dari India lalu ke Caribbean
dan Fiji kemudian ke banyak daerah-daerah tropik lain, termasuk semua
negara di Asia Tenggara. Tersebar di seluruh wilayah Indonesia, sentra
produksi minyak akar wangi terutama di Kabupaten Garut, Jawa Barat dan
Kabupaten Wonosobo, Jawa
Habitat :
Vetiveria zizanioides dapat tumbuh baik
pada kondisi lingkungan sangat basah atau sangat kering, dengan curah
hujan tahunan berkisar pada (300—)1000—2000 (—3000) mm. Rata-rata suhu
maksimum yang mendukung pertumbuhannya adalah pada rentang 25°—35°C;
namun suhu absolut maksimumnya dapat mecapai 45°C. Vetiveria zizanioides
tetap dapat tumbuh pada kondisi tanah tandus dan pada tipe tanah yang
beragam. Vetiveria zizanioides dewasa dapat tumbuh pada tanah yang
mengandung garam. Meskipun telah mengalami kebakaran, terinjak-injak,
ataupun habis karena dimakan hewan, jenis rumput ini masih dapat tetap
tumbuh.
Perbanyakan :
Vetiveria zizanioides diperbanyak secara
vegetatif dengan memecah rumpun yang terdiri dari satu atau beberapa
tunas berukuran 15—20 cm dan meliputi beberapa bagian akar. Regenerasi
tumbuhan dengan cara kultur jaringan (in vitro) yang telah berhasil
dilakukan di Mauritius mendukung produksi jenis ini untuk tujuan
komersial.
Manfaat tumbuhan :
Rumpun dan akar rumput Vetiver mengandung
minyak esesial yang dapat dijadikan parfum, sabun dan penghilang bau
tidak sedap. Minyak Vetiver dan akarnya dapat berkhasiat sebagai
penangkal serangga. Di sebelah selatan India, secara tradisional, rumput
Vetiver ditanam di sepanjang jalur tertentu sebagai batas permanen
antar lahan. Sedangkan di Jawa, rumput Vetiver ditanam pada
tempat-tempat miring. Kemampuan rumput Vetiver untuk digunakan sebagai
pengontrol erosi telah meluas di seluruh penjuru daerah tropis, sejak
tahun 1980-an. Di Jawa Tengah, penanaman kombinasi rumput Vetiver,
rumput Gajah, pohon Sengon dan Kara benguk dapat mengendalikan erosi,
stabilitas lereng dan memacu perkembangan sifat fisik tanah bekas
letusan gunung berapi di Gunung Merapi. Daun akar wangi dapat di pakai
sebagai pengusir serangga. Namun akar merupakan bagian utama sebagai
penghasil minyak vetiveria oil. Selain itu, digunakan juga sebagai bahan
dalam industri kosmetika, parfum dan sabun mandi.
Sinonim :
Phalaris zizanioides L., Andropogon muricatus Retzius, Andropogon zizanioides (L.) Urban .
Sumber Prosea :
19: Essential-oil plants p.167-172 (author(s): Guzman, CC de; Oyen, LPA)
Kategori : Biopestisida
0 200 komentar:
Posting Komentar